Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

N I R A

NIRA

Sinar cahaya masuk melalui ventilasi jendela, menimbulkan efek menyilaukan. Aku segera menutup muka dengan bantal. Jangankan bangun, membuka mataku pun aq malas.
            “Nanda! Bangun!”
            “Heemm..”
            “Nda! Bangun! Katanya mo ke Sunmor? Iihh!! Cpet bangun!” Metta menarik-narik lenganku. “Jam 7 ini! Nanti keburu tutup! Inget ga minggu kemaren? Jam 9 aja dah sepi!”
            “Minggu depan aja lah,,” tawarku
            “Nggak bisa, nda! Sekarang pokoknya cepetan!”
Dengan gerak lambat aq duduk, berdiri, dan menyambar handuk untuk cuci muka. Jangan menyuruhku untuk mandi pagi pada hari minggu. Bangun pagi saja udah syukur.
*          *          *
“Tau nggak, Nda! Semalem wahyu so sweet banget! Aku diajakin ke bukit bintang loh!” Metta mulai berkicau
“Sapa tuh,, nama singa?” jawabku dari kamar mandi. Suaraku bergema, getarannya mematul ke dinding berkeramik.
“Sembarangan!! Lo pkir gw jadian ama hewan!”
“Oohh,,Ppacar barumu. Buset,, yg kmren kemana,,,” aku membuka pintu
“Gilak cepet amat! Gag mandi lagi, nda?”metta geleng2 kepala
“males,, pie pie.. sopo kui mau? Pacarmuu? Yang mana to?”
“ih,, kakak kelas kita beb. Yyang main drumnya bagus itu lo, inget kan?”
Aku mengangguk asal. Apapun ku lakukan agar Metta diam. Berapa sih pacarnya? Aku yang temennya ja sampe bingung.  Yang anak basket lah, yang polisi lah, anak kuliahan lah,, hahh... mantap. Aku, jomblo dari lahir, sahabatan dengan gadis supel dan banyak fans. Great!
“Bawa motor kan kamu?”
“Bawa, nda.. cepetan ah!”
*          *          *
Hanya butuh waktu 10menit untuk sampai sunmor. Suasana yang ramai, padat, dan panas membuatku pusing. Metta dengan semangat terus bercerita bagaimana tingginya wahyu, tampannya wahyu, dan kelakuan kelakuan yang lainnya.
“Kamu tau gak,, kekna aq beneran jatuh cinta sama dia,,” Metta menatapku
Aq memiringkan kepala dan memperhatikan bola matanya
“oh, man,, apa lagi ini,, “
“Seriusan! Aku gak pernah ketemu cowok yg kek dia,, aaaa XD”
Aq menutup mulut dengan tanganku. Menahan muntah. Metta? Seorang metta ? bisa jatuh cnta?
“Eh nda! Ngeslin banget sih! Seriusan tau!” dia berjalan lagi,,
Aq menyipitkan mata. Astagah,, suasana seramai dan sepanas ini dia masih bisa curhat??
“Coba kalo kamu liat nda! Ganteng tau!!”
Aku masih diam. Hah? Ganteng seberapa? Aku nggak yakin selera dia bagus..
“Wo ngece! Liat aja sih!”
Aku  menganguk. Sambil menguap aku  mengikutinya ke salah satu stand di ujung. Stand sprai dan bedcover.
“Lucu yah..” Tanya metta sambil senyum lebar.
Aku melotot. Kepalaku condong ke metta tapi mataku menuju tempat lain. Aku menatap sesuatu dari balik bahunya. Seseorang berjalan mendekat. Makin dekat.
Seorang gadis berambut sebahu. Dia berjalan melewatiku, menunduk dan matanya kosong.
“Heh! Ditanyain diem aja sih! Ngantuk po?” meta menatap mataku.
Aq masih memperhatikan gadis itu yang mulai menjauh.
“Liatin sapa sih?” matanya menyusur kemana arah mataku “astagah,, liatin Nira??”
Aku menoleh menatap metta. “Kenal?”
“Nggak sih, cuman tau aja” jawabnya pendek. Dia kembali sibuk menawar harga dan memilih warna yang dia suka. Aku kurangtertarik. Aku menoloh kebelakang, kea rah perginya gadis itu, tapi dia hilang. Mungkin tertutup manusia lain karena padatnya, atau memang dia lenyap? Atau aku melihat hantu? Tidak mungkin. Metta aja tau namanya, Nira.
*          *          *
Aku melihatnya! Lagi! Gadis itu berjalan menunduk melewati kelasku. Kantung matanya hitam, rambutnya digerai acak-acakan. Beberapa anak perempuan kelas tiga berbisik setiap dia lewat. Aku menatapnya dari jauh. Miris. Entah apa yang dialaminya. Seperti beban berat yang ada dihatinya, mungkin perasaan sakit yang teramat sangat. Entah.
            “Dia anak kelas XI, pindahan baru seminggu. Dia emang aneh gitu orangnya. Suka menyendiri kadang ke perpus sendirian, makan di kantin juga dipojokin. Emangnya baru pernah liat dia po kamu?”
            “Hooh. Gak pernah liat dia ig”
Percakapanku dengan Metta sepulang dari sunmor kembali berputar. Seperti kaset yang tiba-tiba macet, aku tersadar karena kaget
            “NANDA! MAJU KEDEPAN!”
            “Nda! Disuruh maju tuh sama bu Hermin! Sokor!” metta berbisik.
Astagah!!
“Ibu perhatikan kamu ngeliatin luar terus! Kerjakan soal ini! Kalau tidak bisa, kamu boleh keluar. Silahkan tatap halaman sepuasnya!”
Aduuuh buu,, kurang keras bentakannya! Pinjem toa mesjid, bu!
*          *          *
Aku menatapnya dari jauh. Dari ujung kamar mandi, aku hanya membuka sedikit pintu. Aku penasaran apa yang Nira lakukan. Lama. Dia hanya menatap dirinya dalam  kaca. Dalam diam. Aku menantikan adegan mengejutkan misalnya dia meninju kaca atau semacamnya. Atau berteriak mungkin. Tapi dia tidak bereaksi apapun.
Tiba-tiba dia menoleh dengan gerakan lambat, dan aku berani bertaruh matanya mengarah ke mataku! Astaga! Aku langsung mengunci kamar mandi dengan gugup.
“Ngapain pake dikunci. Keluar” aq mendengar suaranya parau.
Aku diam.
“Aku tau kamu ngliatin dari tadi. Ngapain sih”
Aq masih diam. Aq buka grendel yang berkarat, menimbulkan bunyi memilukan.
Aku menatapnya. Kantung matanya hitam. Dia berlalu dan pergi. Sepersekian detik aku bisa melihat luka-luka di tangan kirinya. Luka sayatan. Beberapa garis berwarna putih. Mungkin luka lama.
*          *          *
Suasana kantin benar-benar ramai dan dia hanya menunduk dan tenggelam dalam buku yang dibacanya
“Hai”
Dia mendongak, menatapku dengan tatapan menyebalkan. Jantungku serasa ditusuk
“Boleh ikut duduk..?”
Matanya menatapku terus sampai aku benar-benar duduk. Aku takut mengutarakan niatku.
“Eh besok ada acara gag?”
Dia masih diam
“Kerumahku ku yok. Deket kok, di Suronatan”
Hening
Sialan! Kenapa jadi dejavu adegan rangga ama cinta gini sih! Ckckck
“jam?” katanya.
Mataku membulat menatapnya. Aku menatap jam tangan warna unguku  “bsok ja pulang skolah, sekalian pulang bareng”
“ok” dan dia kembali menatap bukunya
*          *          *
Kesadaranku kembali ke masa sekarang.  Kejadian 5tahun yang lalu ketika pertama kali aku mengajak sahabatku, Nira untuk ke rumahku, benar-benar terasa seakan baru kemarin kejadian itu berlangsung.
Nira yang pendiam tapi mempunyai segudang pemikiran. Nira yang menjadi penasehatku dan metta selama 5tahun terahir.  Nira yang selalu menjaga rahasia. Kami merindukanmu.
*          *          *
2 November 2011
“Nda! Cepetan pulang jogja!” suara Metta serak seperti menahan tangis. Kesadaranku belum sepenuhnya pulih, Aku mengucek mataku dan melirik jam dinding. Jam 2pagi.
“Nda! Niraa Nda!cepetan pulang!” tangis Metta pecah. Aku sadar ada yang tidak beres. Metta menjelaskan apa yang terjadi, tapi aku benar-benar masih belum mengerti. Terputus-putus. Nira? Rumah sakit? Apa?
“Pulang Nda! Nira udah gak ada,,dia bunuh diri...”

 _____end____


* cerpen ini pernah dikirim di lomba #goodbyenovember tapi nggak masuk. hehe

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

2 komentar:

Bayu Faqikhudin mengatakan...

kentang!! ga diceritain Nira bunuh diri knapa. hehehe
tp keren dah, asli! XD

catatanku mengatakan...

waduh, jadi malu deh .. hehhe
mao tau lanjutannya? nanti di post lagi XD